Saya memasuki kelas. Anak-anak sudah duduk melingkar. Semua anak sangat antusias untuk sekolah literasi sore ini.
Setelah salam dan berdoa, saya segera membuka kegiatan belajar hari ini dengan bercerita: “Kemarin Pak Guru pergi ke pasar. Di pasar Pak Guru membeli satu kilo buah mangga dan satu kilo buah jeruk. Setelah membayar dan mendapatkan buahnya, Pak Guru keluar pasar. Di pinggir jalan raya dekat pasar, Pak Guru melihat seorang anak yang duduk sendirian dan sedang mengemis. Sepertinya Pak Guru kenal anak itu. Pak Guru pun mendekati anak itu dari belakang. Anak itu tidak tahu. Dan saat sudah dekat, Pak Guru menepuk bahu anak itu. Anak itu menoleh dan tersentak kaget. Tenyata anak itu adalah….”
Saya menghentikan cerita. Saya menatap anak-anak satu per satu. Ekspresi anak-anak itu bingung, tampak tegang dan penasaran yang bercampur jadi satu. Saya kemudian melanjutkan cerita, “Ternyata anak itu adalah Nera. Nera pengemisnya. Dan Nera pun saya beri buah mangga yang saya beli!” Semua anak tertawa senang. Nera hanya diam.
Antara malu dan bingung yang bercampur menjadi satu. “Sekarang lanjutkan ceritanya, Nera! Dan pilih temanmu untuk jadi tokoh yang harus meneruskan ceritanya!” perintah saya. Nera terbelalak kaget. Nera tidak menyangka dirinya akan diminta untuk meneruskan cerita. Nera berpikir beberapa saat, kemudian melanjutkan ceritanya.
Nera segera bercerita: “Saya tersentak kaget. Saya malu. Tapi, saya tidak bias berbuat apa-apa. Saya menerima buah manga dari Pak Guru. Saya mengucapkan terima kasih, dan menyampaikan alasan saya jadi pengemis karena ingin mendapatkan uang untuk biaya sekolah. Saya pun pamitan pulang. Saya berlari. Saat dalam perjalanan saya melihat seorang anak yang sedang menangis. Saya kenal dan hafal suara tangisan anak itu. Saya menghampiri, ya, ternyata anak itu adalah Devin….”
Anak-anak kembali tertawa. Devin tersentak kaget. Devin diam beberapa saat. Berpikir untuk meneruskan ceritanya. “Ayuk, Devin teruskan ceritanya!” perintah saya. Devin kemudian bercerita, “Ya, saya menangis karena tadi terjatuh. Kakiku sakit sekali dan berdarah.
Saat sedang menangis keras, Nera datang membawa bungkusan yang isinya mangga. Bungkusan itu diberikan padaku. Aku senang sekali. Aku pun kemudian pergi meninggalkan tempat itu sambil terus menangis. Di tengah jalan aku melihat seorang anak yang sedang mengamen. Anak itu suaranya bagus. Aku datangi dia. Ternyata anak itu adalah Tegar…” Semua anak-anak tertawa senang.
Tegar yang kena giliran kembali bingung. Dia sejenak memikirkan cerita selanjutnya. Dan seterusnya. Anak-anak dengan antusias menceritakan sebuah kejadian atau peristiwa dalam cerita yang ada di pikiran mereka. Anak-anak mengembangkan imajinasi-kreatifnya masing-masing untuk meneruskan sebuah peristiwa.
Sampai kemudian semua anak dapat giliran bercerita. Dan setelah selesai anak-anak berteriak senang merayakan kegembiraan yang menakjubkan. Anak-anak senang karena telah terbebas dari ketegangan berpikir, serta karena telah berhasil menaklukkan permainan berpikir dalam mengembangkan imajinasi yang kretif hari ini. Saya ikut senang. Dari sebuah kisah sederhana, dengan sentuhan kreatif dan imajinasi yang mengesankan, telah membuat anak-anak mampu mengembangkan daya berpikir kreatif dan imajinatifnya.
Ekspresi senang anak-anak ini dilakukan dengan bertepuk tangan bersama penuh suka cita. Saya sangat bahagia dengan kegiatan bermain dalam mengembangkan berpikir yang imajintatif kreatif ini melalui cerita berlanjut.
SANGGAR CERITA adalah sebuah portal pusat informasi pendidikan dan imajinasi anak-anak. Kami menyajikan berbagai informasi seputar dunia pendidikan anak-anak dan menyajikan cerita-cerita dan dongeng yang dapat memberikan manfaat untuk perkembangan anak-anak.
Penulis adalah seorang pemerhati pendidikan anak-anak. Tulisan, cerita dan isi dalam website ini ada yang bersumber dari tulisan asli dan ada juga yang dirangkum, diambil, di copy dari berbagai sumber di internet. Jika ada tulisan atau isi konten yang tidak sesuai dan melanggar hak cipta, silahkan hubungi penulis agar segera dihapus. Terima Kasih.
Copyright © 2024 Sanggar Cerita. Dunia Pendidikan dan Imajinasi Anak
You must be logged in to post a comment Login