Liburan untuk Pembentukan Karakter Anak

Siapa bilang liburan sekolah identik dengan libur dari belajar? Justru saat berlibur bersama keluarga, anak-anak mendapatkan kesempatan luas untuk belajar khususnya belajar membentuk karakter.  Liburan tahun ini lumayan banyak dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.  Setelah libur lebaran, tidak salah bagi Ayah-Bunda merencanakan liburan kenaikan kelas dengan menyisipkan niat untuk pembentukan karakter sang buah hati. Terlebih yang menggunakan mobil pribadi, kesempatan terbuka luas bisa berdiskusi santai. Berikut ini beberapa kegiatan pembentuk karakter anak.   Tanggung jawab Tanggung jawab dimulai dari merancang kegiatan. Rencana yang matang sudah setengah dari suksesnya kegiatan. Pesan seperti ini sudah umum maka bagus jika anak-anak dilibatkan dalam merancang liburan bersama keluarga.

Mereka akan merasa memiliki dan tanggung jawab menyukseskan kegiatan liburan itu. Misalnya tujuan liburan, lama liburan, target, dan lain-lain. Bila lemah perencanaan, muncul kegiatan di luar rencana yang kurang bermanfaat atau mengundang pemborosan. Namun demikian, penyesuaian di lapangan jelas selalu ada. Dalam menyiapkan perbekalan, anak perlu diajari tanggung jawab menyiapkan bekal dan pakaian termasuk membawanya pulang.

Biasanya anak akan berpikir berapa lama, berapa baju yang dibawa, apa saja, dan lain-lain. Bukan masalah pakaian bisa beli lagi, tetapi menanamkan rasa memiliki. Contoh yang sederhana, jangan sampai anak begitu mudahnya meninggalkan kaus kaki, pakaian, atau handuk. Bukan pula masalah barang itu sengaja ditinggal, tetapi jangan sampai anak tidak peduli dengan macam dan keberadaan barang pribadinya.  Anak perlu belajar  tanggung jawab dan rasa memiliki.

Mandiri

Pesan mandiri bisa dimasukkan dalam banyak kegiatan. Salah satunya adalah mandiri mengelola keuangan. Liburan bersama keluarga atau tidak, anak perlu mendapatkan kesempatan dalam mengelola uang kegiatan. Bila uang kurang, anak perlu dibekali cara mendapatkan solusi kreatif tetap pada jalur yang benar. Minimal, mereka memiliki pengalaman perlunya menghemat anggaran.

Disiplin

Dalam banyak hal, kegiatan apapun hendaknya sesuai norma yang ada. Tidak ada rumus liburan kemudian kewajibannya libur, misalnya salat lima waktu bagi muslim. Selain itu, barlalu lintas di jalan raya, anak-anak akan belajar dari cara orang tua berlalu lintas. Apakah ayahnya taat pada aturan serta santun dan menghargai pengguna jalan yang lain?

Peduli

Ajarkan anak peduli atau peka terhadap tugas rumah tangga, misal bermalam di rumah saudara. Anak perlu menyesuaikan dan terlibat dalam kegiatan keluarga setempat. Misalnya tiap pagi membantu menyapu atau mencuci piring.

Mengenal lebih dekat tugas anggota keluarga

Dengan sering berlibur, anak akan mengenal pembagian tugas dalam keluarga. Misal, anak laki-laki lebih dekat dengan kegiatan ayah urusan transportasi, mengenal dunia mesin, dan lain-lain. Bila sudah lebih besar akan belajar menyetir mobil dan mengetahui aneka tantangan berlalu lintas. Bagi anak perempuan akan akrab dengan menyiapkan perbekalan konsumsi dan oleh-oleh.

Sabar

Bagaimana rasanya mengantre makanan di rumah makan dan menghadapi kemacetan di jalan? Ini juga bagian dari latihan sabar. Ajari anak dengan bijak bahwa semua orang pernah mengalami hal yang sama sehingga perlu bersabar. Termasuk sabar menghadapi karakter orang lain atau saudara-saudaranya. Misalnya ada yang cerewet atau suka pamer, dan lain-lain. Ini pun menarik untuk dipahamkan kepada anak.

Senang Berbagi

Berwisata tidak harus masuk restoran mahal. Sekali waktu melirik warung makan yang sedikit pembeli. Aneka objek bisa dikunjungi, selipkan niat berbagi kepada orang yang membutuhkan yang dijumpai. Senang untuk membawa oleh-oleh bagi tetangga pun, bagian dari hal yang perlu ditularkan kepada anak.

Jujur

Di rumah makan, makan tiga jajanan ngakunya dua? Hal seperti ini sepertinya sudah tidak ada yang melakukan. Namun, bagaimana bila di objek wisata saat di pintu loket? Dengan mobil pribadi berisi 10 orang, adakah orangtua yang mengatakan hanya berisi 6 orang? Maaf, hal ini termasuk ilmu yang ditularkan ke anak, tidak jujur. Jangan ditiru.

Menghargai orang lain

Salah satu keterampilan hidup yang dicurigai bisa hilang adalah menghargai lawan bicara karena serbuan media elektronika. Media canggih di tangan terlalu mendekatkan yang jauh, tetapi justru menjauhkan yang dekat. Jangan sampai niat silaturahmi, tetapi waktu anak habis hanya bersama gawainya, baik sibuk main games maupun asyik dengan media sosialnya. Buatlah kesepakatan sebelum berlibur atau nasihati anak saat sendiri, tidak perlu di depan banyak orang.   Tentu masih banyak yang lain kegiatan liburan yang perlu direfleksi. Ayah-Bunda, selagi ada waktu, nikmati kebersamaan bersama buah hati dan manfaatkan liburan untuk pembentukan karakter hebat. (Sumintarsih, M.Pd – Pengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah; Foto –  Fuji Rahman Nugroho) .

( Sumber: Google / Internet/ Sahabatkeluarga )

Penulis adalah seorang pemerhati pendidikan anak-anak. Semua tulisan dan isi dalam website ini adalah dirangkum, diambil, di copy dari berbagai sumber di internet. Tulisan dan konten yang terdapat dalam website ini BUKAN hak cipta dari penulis. Jika ada tulisan atau isi konten yang tidak sesuai dan melanggar hak cipta, silahkan hubungi penulis agar segera dihapus. Terima Kasih.

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply